Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Alhamdulillah senang rasanya bisa terus posting disini. Kesempatan
yang berbahagia ini kita akan sama-sama melanjutkan pembahasan kita kemarin.
Dunia adalah tempat perantauan kita, akhirat adalah kampung halaman kita serta
harga dunia kita sudah tahu dipembahasan sebelumnya. Ngomong-ngomong yang belum
kita tahu adalah “berapa lama kita di dunia?” lama kah perantauan ini?
Manusia di zaman ini hidup dengan
rata-rata umur 70 tahun. Rasul kita
meninggal di umur 63 tahun. Berarti kalau sudah 63, kita punya bonus setelah
itu, tapi kalau belum 63 maka kita bisa sampai diantara itu. Tetapi itulah umur
rata-rata manusia, ada yang lebih dan ada yang kurang. Kalau begitu kita lihat,
lama kah perantauan 70 tahun itu? Kita tidak tahu. Tapi coba kita lihat, yang
kita tahu adalah bahwa manusia itu sangat terbatas.
Manusia, makhluk yang memang dia
dari titik (0) nol kemudian berkembang sampai maksimal yang dia tidak dapat
lampaui lagi kemudian dia kembali kembali kembali lagi ketitik (0) nol (lihat
gambar gerak diatas). Itulah manusia sangat terbatas. Kayaknya baru kemarin
kita masuk kuliah, sekarang sudah harus jadi kakak kelas. Kayaknya baru kemarin
belajar, sekarang sudah jadi pengajar. Kayak baru kemarin adik kita masuk
sekolah, sekarang sudah jadi melawan. Ternyata hidup itu singkat.
Pertanyaannya lama tidak
perantauan itu? Kalau kita engga tahu, kita Tanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala
berapa lama perantauan kita! Di dalam Al-Qur’an Allah mengindikasikan lama
perantauan kita, ketika Allah membangkitkan manusia dari dalam kubur lalu Allah
bertanya kepada mereka dalam sebuah Firman-Nya:
Artinya: Allah
bertanya: "Berapa tahunkah
lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di
bumi) sehari atau setengah hari, Maka Tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal
(di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui"
(TQS. Al-Mu’minuun: 122-124)
Apa maksud ayat
diatas? Allah menanyakan kita dalam hitungan tahun sedangkan jawabannnya dalam
hitungan hari. Apakah Allah mengira kita bodoh kita tidak bisa jawab? Allah
tahu kita tahu berapa lama itu tahun, harusnya kalau kita ditanya tahun maka
jawabnya juga tahun tapi Allah yang mengatakan kepada kita “Anda nyangka Anda
hidup bertahun-tahun padahal Anda tidak hidup kecuali hanya sebentar saja,
lebih sebentar dari sehari atau setengah hari.” Kalau begitu coba kita lihat
ayat yang lain, pada masa yang lain ketika Allah mengumpulkan seluruh kaum
muslimin ketika melihat hari berbangkit, kita lihat patokannya hari berbangkit,
mereka seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja. Sebagaimana
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu,
mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di
waktu sore atau pagi hari.” (QS. An Nazi’at: 46)
Waktu sore atau
pagi hari berapa lama? Sore dari Jam ½ 4 sampai jam 6 dan pagi hari dari jam 7
sampai jam 10. 2 ½ jam (sore) + 3 jam (pagi). Kalau begitu dalam ayat yang lain
lagi, Allah katakan berapa lama kita tinggal di dunia, Allah sampaikan ketika mereka
melihat hari berkumpul (Yaumil Masyhar) lagi, sama seperti tadi maka semuanya
tidak merasa bahwa hidup mereka hanya seperti di siang hari saja, hanya sekedar
3 jam sampai 3 ½ jam. Itulah hidup manusia. Pertanyaannya yang mana yang benar,
sore hari, pagi hari atau siang hari? Allah Maha Benar. Waktu itu relatif. Betul
begitu? nunggu mobil angkot selama 2 menit pasti lama sedangkan main game 2 menit terasa cepat. Kalau kita melakukan sesuatu yang tidak kita sukai dibandingkan
dengan sesuatu yang kita sukai maka yang kita sukai terasa lebih cepat daripada
yang tidak kita sukai. Hidup itu adalah relatif dan waktu juga relatif. Nah
pertanyaanya, waktu ini juga relatif dibandingkan dengan Yaumil Masyhar. Kalau begitu
kita bandingkan.
Inilah yaumil masyhar,
padang masyar dimana suatu tempat tidak ada lekukan tidak ada tonjolan,
semuanya rata berwarna putih. Seluruh manusia dari zaman yang awal nabi Adam
sampai yang terakhir akan dikumpulkan disitu dan mereka semuanya dikumpulkan
dalam keadaan telanjang. Ketika ‘Aisyah bertanya kepada mereka “kenapa telanjang,
kalau begitu kita saling melihat?” Rasul katakan semua sudah tidak akan sempat saling
melihat karena matahari didekatkan diatas kepala mereka, sejengkal diatas
kepala lalu mereka khawatir akan mendapatkan kitab dari tangan kanan atau dari
tangan kiri sehingga mereka semua berkeringat yang membasahi leher atau hidung
mereka. Ini yang terjadi kepada kaum muslimin semuanya, orang kafir,
orang-orang mukmin akan dikumpulkan disana ditempat yang namanya Yaumil Masyhar.
Ngomong-ngomong disana berapa lama?
Rasul bertanya
kepada kita, “bagaimana keadaan kalian jika Allah mengumpulkan kalian di suatu
tempat, seperti berkumpulnya anak-anak panah didalam wadahnya selama 50.000 tahun?” Allah Maha Benar dan
Rasul Maha Benar. Disitu nanti kita akan hadir disana. 50.000 tahun (lima puluh
ribu tahun). Pertanyaannya, kalau didepan kita terbentang masa 50.000 tahun,
hidup didunia kalau kita 70 tahun, singkat atau tidak?
Berdasarkan teori
relativitas kita hitung berapa lama kita merasa disana. Berdasarkan teori
relativitas disana adalah 1 hari = 50.000 tahun. Maka lama perantauan kita pada
saat itu kira-kira hanyalah terasa selama 2
menit 1 detik. Itulah lama
perantauan kita, singkat. Kok bisa 3 jam atau 3 ½ jam? Sama di kuburan ya
segitu. Berarti di dunia kan tidak hanya ketika kita hidup, ketika di kuburan
juga di dunia. Nah, gabung dengan itu 3 sampai 3 ½ jam. Nah, kalau begitu
inilah hidup kita di dunia 2 menit 1
detik. Pertanyaannya, singkat atau tidak? Singkat.
Masih sempat
nongkrong lagi, sempat melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat di dalam Islam.
Orang-orang yang ketika meninggal dan dihadapkan pada Yaumil Masyhar ketika
mereka ini beriman maka mereka ini akan berkara: “Alhamdulillah… untung mau sabar 2 menit 1 detik, untung mau
susah-susah dakwah 2 menit 1 detik doang, untung mau nutup aurat 2 menit 1
detik doang, untung saya bahagia selama itu.” Itulah jawaban orang-orang
mukmin. Sedangkan kata orang-orang yang kafir dan munafik akan bilang kepada
Allah “Ya Allah… ternyata saya cuma
membeli kenikmatan hanya selama 2 menit 1 detik ditukar dengan Yaumil Masyhar.”
Itulah jawaban orang-orang kafir.
Bahan renungan:
Seandainya itu adalah sebuah jalan yang kita jalani dalam hidup kita. Hidup bak
sebuah jalan, depan kita ada tikungan. Pertanyaan kita adalah “Ini adalah tikungan yang terakhir atau
setelah ini ada tikungan lagi? Kalau ini adalah tikungan yang terakhir, Mau
seperti apa Anda berbuat?” Ustadz Felix selalu berpikir demikian. “Ia
ibarat ingin bermaksiat, padahal Allah cuma minta kesabarannya 2 menit 1 detik saja. Ia terus berpikir
berpikir dan berpikir terus. Gimana kalau tiba-tiba saya mati sekarang?” Itulah
yang terus dipikirkan oleh Ustadz Felix Siauw. Apakah yang akan kita lakukan
jika itu adalah tikungan yang terakhir? Wallahu ‘alamu bish shawab.
Related Posts :